Npm : 17213031
Kelas : 3EA26
Tulisan 9
Pengemis, pengamen,
pengangguran dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian
Pengemis
adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka
umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari
orang lain. Di masa lalu, menjadi pengemis merupakan suatu keterpaksaan, saat
ini merupakan suatu pilihan yang dilakukan dengan sukarela. Daya tarik yang
mengundang banyak orang ini pada akhirnya menimbulkan persaingan di antara
sesama pengemis. Salah satu dampak dari persaingan adalah timbulnya koordinator
lapangan, yang mengatur jumlah pengemis di setiap titik sekaligus mencari
titik-titik yang berpotensi untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu,
pengemispun juga harus menggunakan berbagai strategi untuk menarik perhatian
dan mendorong orang untuk memberikan uang kepada mereka.
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris:
street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut
sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi
jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan
penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin
dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah
warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
Pengangguran atau tuna karya adalah
istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini merupakan salah satu
permasalahan dalam ekonomi yang paling sulit diselesaikan sampai detik ini, apalagi
untuk Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bila kita lihat dari tahun ke
tahun, jumlah pengangguran justru makin banyak bukannya makin sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang sudah ada tidak sanggup untuk
menciptakan kesempatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk yang makin pesat.
Faktor kemiskinan
(struktural, kultural, natural, dan mental) sangat memengaruhi terjadinya
perilaku seseorang yang ujungnya adalah munculnya fenomena peminta-minta atau
pengemis, pengamen dan pengangguran. Semakin banyak jumlah orang miskin semakin
potensial mereka menjadi pengemis, pengamen dan penganguran. Dalam bahasa
pembangunan terjadinya kebergantungan ekonomi pada orang lain yang semakin
tinggi.
Rasanya, kehidupan di Jakarta, juga kota-kota lainnya di Indonesia tak pernah lepas dari kejaran untuk
bertahan hidup. Tiap warga,
terlebih mereka yang kecil, serasa dipaksa untuk melakukan apapun untuk
menyambung hidup.
Kota Jakarta, sebuah kota angkuh yang
katanya tak pernah tidur, menampilkan dirinya dalam berbagai wajah. Salah satu
wajahnya adalah kehidupan jalanannya yang sesekali hangar-bingar, sesekali
sunyi senyap. Wajah yang penuh gejolak. Wajah yang penuh ketegangan, juga sendu
penuh romansa.
Pada wajah ini, sesekali kita menyaksikan
kehidupan jalanan yang diperankan para sopir dan kenek angkot, preman-preman,
pengasong rokok, makanan, minuman, pemulung dan pekerja serabutan, hingga
pengemis dan pengamen. Dan yang terakhir disebut ini amat fenomenal. Kehadirannya
yang sesekali mengganggu, meresahkan, sekaligus menghibur dan dibutuhkan.
Makin
beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup.
Namun seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan
kriminal seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi
mendapat sesuap nasi.
·
Bertambahnya
jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya. Selain
maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau
pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak
segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang. Terjadinya
kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan
Dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian dari
pengemis, pegamen dan penganguran.
Mengemis
seperti
sudah menjadi kegiatan ekonomi menggiurkan. Mulanya mengemis karena unsur
kelangkaan aset ekonomi. Namun setelah beberapa tahun walau sudah memiliki aset
produksi atau simpanan bahkan rumah dan tanah dari hasil mengemis tetapi mereka
tetap saja mengemis. Jadi alasan mengemis karena tidak memiliki aset atau
ketidakberdayaan ekonomi, untuk tipe pengemis ini tidak berlaku lagi. Sang
pengemis sudah merasa keenakan. Tanpa rasa malu dan tanpa beban moril di depan
masyarakat.
Pengamen yang mempunyai kegiatan
ekonomi sebagai pekerja di jalan atau disebut juga dengan Childre On The Street, namun masih mempunyai hubungan yang kuat
dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada
orang tuanya (Soedijar, 1984; Sanusi,1995). Fungsi anak jalanan pada kategori
ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban
atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri
oleh kedua orang tuanya dengan cara bekerja sebagai pengamen dijalanan yang
dikategorikan kepada jenis pengamen jalanan pemalak / penebar teror. Jika dikaitkan dengan kegiatan ekonomi, maka kegiatan ngamen juga
ada yang memang menggantungkan hidupnya kepada kegiatan ini akibat susahnya
mendapatkan pekerjaan yang layak di kota-kota besar, namun tidak dipungkiri
juga ada juga pengamen yang menyatakan dirinya sebagai pengungkapan ekspresi
belaka. Meskipun demikian, namun imej di masyarakat pengamen selama ini
dianggap sebagai orang yang tidak punya pekerjaan, kualitas rendah dan
mengandalkan kenekatan belaka karena tidak ada pilihan lain. Bahkan pengamen
sering dianggap sebagai pengemis hingga orang brengsek.
Saya pernah mendengar
rekaman seorang pengamen dari Yogya yang bernama Sujud yang hanya menggunakan
satu buah kendang dua sisi sebagai musik pengiring nyanyiannya. Namun jika kita
analisis kemampuannya mengolah kata-kata atau syair-syair yang ia kumandangkan
benar-benar sangat professional sekali. Bahkan oleh Sapto Rahardjo (seorang
pemusik kontemporer Indonesia) pernah dibawa dalam sebuah ajang festival musik
internasional yang diikuti oleh pemusik Australia, Amerika, Inggris pada tahun
1997 di daerah Ancol Jakarta Utara. Demikian juga di Bandung pernah ada seorang
pengamen yang sangat terkenal yang hanya bermodalkan kacapi Sunda diatonis,
yang dikenak dengan nama Braga Stone (terinspirasi lagu-lagu dari kelompok musik
Rolling Stone, karena tempat mangkal ngamennya di Lapangan Braga di Bandung,
maka dikenal dengan Braga Stone). Dengan alat musik tradisional kacapi Braga
Stone mampu membawakan lagu-lagu Barat dengan baik. Dua contoh pengamen ini
benar-benar mengelola dirinya sebagai pengamen, bahkan rekaman mereka ngamen
juga sering dijadikan sebagai bahan kajian di siara radio. Seperti Pak Sujud,
tidak jarang dia selalu diundang (nanggap) ke pesta-pesta perkawinan dengan
bayaran tertentu. Jika tidak ada tanggapan maka dia mengamen dari satu rumah ke
rumah. Ini memperlihatkan contoh adanya pengamen yang menggantungkan ekonomi
keluarganya dari kegiatan mengamen.
Karena bagi sebagian orang kegiatan mengamen menjadi tiang
penyangga utama hidupnya, maka banyak pengamen yang benar-benar serius
mengelolanya, sehingga kegiatan tersebut benar-benar menjadi sumber uang yang
terutama bagi ekonomi keluarganya. Namun tidak sedikit juga pengamen yang
menggunakan penghasilannya dengan poya-poya. Fenomena ini semuanya menarik
dijadikan sebagai bahan kajian dari berbagai disiplin ilmu, termasuk musik,
karena kegiatan utama pengamen pada dasarnya adalah bermain musik. Mungkin bisa
lebih difokuskan kepada seni pertunjukan, khususnya dari sisi manajemennya.
·
Pengangguran akan menyebabkan
pendapatan nasional dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena
pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian pajak yang
harus diterima dari masyarakat pun akan menurun.Jika penerimaan pajak menurun,
dana untuk kegiatan ekonomi pemerintaha pun akan berkutang sehingga kegiatan
pembangunan pun akan terus menurun.
· Pengangguran
bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang
dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan
pendapatan nasional rill (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah
dapipada pendapatan potensial (yang seharusnya)> oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
·
Pengangguran
tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang produksi akan berkuran. Keadaan demikian
tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
Dampak negatif yang timbul akibat
kegiatan ini antara lain :
1. Bagi diri sendiri
Mereka yang melakukan pekerjaan
tersebut akan merasa malu di dalam masyarakat, kemudian mereka akan dikucilkan.
Dan mereka akan merasa terdiskriminasi di dalam masyarakat.
2. Bagi Negara
Pengemis, pengamen dan pengangguran
jelas memiliki dampak negatif terhadap negara kita, karena negara kita dianggap
negara yang tidak mampu menjamin kemakmuran hidup warganya, sehingga hal ini
menimbulkan masalah sosial yang juga menjadi tanggung jawab negara.
Sumber :
http://windiseptiani94.blogspot.co.id/2015/12/tulisan-9-pengemis-pengamen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar