Selasa, 01 Desember 2015

Tulisan 9 Pengemis, pengamen, pengangguran dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian

Nama  : Putri Nurlaelasari
Npm    : 17213031
Kelas    : 3EA26

Tulisan 9


Pengemis, pengamen, pengangguran dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian

Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Di masa lalu, menjadi pengemis merupakan suatu keterpaksaan, saat ini merupakan suatu pilihan yang dilakukan dengan sukarela. Daya tarik yang mengundang banyak orang ini pada akhirnya menimbulkan persaingan di antara sesama pengemis. Salah satu dampak dari persaingan adalah timbulnya koordinator lapangan, yang mengatur jumlah pengemis di setiap titik sekaligus mencari titik-titik yang berpotensi untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu, pengemispun juga harus menggunakan berbagai strategi untuk menarik perhatian dan mendorong orang untuk memberikan uang kepada mereka.
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini merupakan salah satu permasalahan dalam ekonomi yang paling sulit diselesaikan sampai detik ini, apalagi untuk Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bila kita lihat dari tahun ke tahun, jumlah pengangguran justru makin banyak bukannya makin sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang sudah ada tidak sanggup untuk menciptakan kesempatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk yang makin pesat.
Faktor kemiskinan (struktural, kultural, natural, dan mental) sangat memengaruhi terjadinya perilaku seseorang yang ujungnya adalah munculnya fenomena peminta-minta atau pengemis, pengamen dan pengangguran. Semakin banyak jumlah orang miskin semakin potensial mereka menjadi pengemis, pengamen dan penganguran. Dalam bahasa pembangunan terjadinya kebergantungan ekonomi pada orang lain yang semakin tinggi.
Rasanya, kehidupan di Jakarta, juga kota-kota lainnya di Indonesia tak pernah lepas dari kejaran untuk bertahan hidup. Tiap warga, terlebih mereka yang kecil, serasa dipaksa untuk melakukan apapun untuk menyambung hidup.
Kota Jakarta, sebuah kota angkuh yang katanya tak pernah tidur, menampilkan dirinya dalam berbagai wajah. Salah satu wajahnya adalah kehidupan jalanannya yang sesekali hangar-bingar, sesekali sunyi senyap. Wajah yang penuh gejolak. Wajah yang penuh ketegangan, juga sendu penuh romansa.
Pada wajah ini, sesekali kita menyaksikan kehidupan jalanan yang diperankan para sopir dan kenek angkot, preman-preman, pengasong rokok, makanan, minuman, pemulung dan pekerja serabutan, hingga pengemis dan pengamen. Dan yang terakhir disebut ini amat fenomenal. Kehadirannya yang sesekali mengganggu, meresahkan, sekaligus menghibur dan dibutuhkan.
Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.
·           Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya. Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang. Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan
Dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian dari pengemis, pegamen dan penganguran.
Mengemis seperti sudah menjadi kegiatan ekonomi menggiurkan. Mulanya mengemis karena unsur kelangkaan aset ekonomi. Namun setelah beberapa tahun walau sudah memiliki aset produksi atau simpanan bahkan rumah dan tanah dari hasil mengemis tetapi mereka tetap saja mengemis. Jadi alasan mengemis karena tidak memiliki aset atau ketidakberdayaan ekonomi, untuk tipe pengemis ini tidak berlaku lagi. Sang pengemis sudah merasa keenakan. Tanpa rasa malu dan tanpa beban moril di depan masyarakat.
Pengamen yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja di jalan atau disebut juga dengan Childre On The Street, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya (Soedijar, 1984; Sanusi,1995). Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya dengan cara bekerja sebagai pengamen dijalanan yang dikategorikan kepada jenis pengamen jalanan pemalak / penebar teror. Jika dikaitkan dengan kegiatan ekonomi, maka kegiatan ngamen juga ada yang memang menggantungkan hidupnya kepada kegiatan ini akibat susahnya mendapatkan pekerjaan yang layak di kota-kota besar, namun tidak dipungkiri juga ada juga pengamen yang menyatakan dirinya sebagai pengungkapan ekspresi belaka. Meskipun demikian, namun imej di masyarakat pengamen selama ini dianggap sebagai orang yang tidak punya pekerjaan, kualitas rendah dan mengandalkan kenekatan belaka karena tidak ada pilihan lain. Bahkan pengamen sering dianggap sebagai pengemis hingga orang brengsek.
          Saya pernah mendengar rekaman seorang pengamen dari Yogya yang bernama Sujud yang hanya menggunakan satu buah kendang dua sisi sebagai musik pengiring nyanyiannya. Namun jika kita analisis kemampuannya mengolah kata-kata atau syair-syair yang ia kumandangkan benar-benar sangat professional sekali. Bahkan oleh Sapto Rahardjo (seorang pemusik kontemporer Indonesia) pernah dibawa dalam sebuah ajang festival musik internasional yang diikuti oleh pemusik Australia, Amerika, Inggris pada tahun 1997 di daerah Ancol Jakarta Utara. Demikian juga di Bandung pernah ada seorang pengamen yang sangat terkenal yang hanya bermodalkan kacapi Sunda diatonis, yang dikenak dengan nama Braga Stone (terinspirasi lagu-lagu dari kelompok musik Rolling Stone, karena tempat mangkal ngamennya di Lapangan Braga di Bandung, maka dikenal dengan Braga Stone). Dengan alat musik tradisional kacapi Braga Stone mampu membawakan lagu-lagu Barat dengan baik. Dua contoh pengamen ini benar-benar mengelola dirinya sebagai pengamen, bahkan rekaman mereka ngamen juga sering dijadikan sebagai bahan kajian di siara radio. Seperti Pak Sujud, tidak jarang dia selalu diundang (nanggap) ke pesta-pesta perkawinan dengan bayaran tertentu. Jika tidak ada tanggapan maka dia mengamen dari satu rumah ke rumah. Ini memperlihatkan contoh adanya pengamen yang menggantungkan ekonomi keluarganya dari kegiatan mengamen.
Karena bagi sebagian orang kegiatan mengamen menjadi tiang penyangga utama hidupnya, maka banyak pengamen yang benar-benar serius mengelolanya, sehingga kegiatan tersebut benar-benar menjadi sumber uang yang terutama bagi ekonomi keluarganya. Namun tidak sedikit juga pengamen yang menggunakan penghasilannya dengan poya-poya. Fenomena ini semuanya menarik dijadikan sebagai bahan kajian dari berbagai disiplin ilmu, termasuk musik, karena kegiatan utama pengamen pada dasarnya adalah bermain musik. Mungkin bisa lebih difokuskan kepada seni pertunjukan, khususnya dari sisi manajemennya.
·           Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian pajak yang harus diterima dari masyarakat pun akan menurun.Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintaha pun akan berkutang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
·           Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional rill (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dapipada pendapatan potensial (yang seharusnya)> oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
·           Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang produksi akan berkuran. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
Dampak negatif yang timbul akibat kegiatan ini antara lain :
1.      Bagi diri sendiri
Mereka yang melakukan pekerjaan tersebut akan merasa malu di dalam masyarakat, kemudian mereka akan dikucilkan. Dan mereka akan merasa terdiskriminasi di dalam masyarakat.
2.      Bagi Negara
Pengemis, pengamen dan pengangguran jelas memiliki dampak negatif terhadap negara kita, karena negara kita dianggap negara yang tidak mampu menjamin kemakmuran hidup warganya, sehingga hal ini menimbulkan masalah sosial yang juga menjadi tanggung jawab negara.
Sumber :
http://windiseptiani94.blogspot.co.id/2015/12/tulisan-9-pengemis-pengamen.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar