Nama : Putri Nurlaelasari
Npm :17213031
Kelas :3EA26
Tulisan 6 Pengemis
- Pengertian
Pengemis adalah hal yang dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan uang, makanan,
tempat tinggal atau hal lainnya dari orang yang mereka temui dengan
meminta. Umumnya di kota besar sering terlihat pengemis meminta uang,
makanan atau benda lainnya. Pengemis sering meminta dengan menggunakan
gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan uang
dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya
rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini".
- Faktor-faktor penyebab terjadinya mengemis
Salah satu masalah sosial yang belum juga teratasi di negeri ini
adalah kemiskinan, baik secara struktural atau pun kultural. Kemiskinan
struktural yang timbul karena adanya hegemoni dan kebijakan negara serta
pemerintah atau orang-orang yang berkuasa, dan pembangunan yang tidak
merata. Dan kemiskinan kultural yang tercermin dalam perilaku hidup
boros, ketidakcakapan bekerja, tingkat tabungan rendah, dan adanya sikap
pasrah terhadap lingkungan kemiskinan.
Kemiskinan sudah menjadi problem sosial yang tak asing lagi di negeri
ini. Namun keberadaan pengemis bukan semata-mata karena kemiskinan.
Pengemis yang memiliki asal kata “kemis”, ternyata bermula sejak zaman
penguasa Surakarta Paku Buwono X yang gemar membagi-bagikan uang pada
rakyatnya yang papa setiap hari kamis sore (dalam bahasa jawa kemis).
Kebiasaan Paku Buwono X tersebut ternyata melahirkan sebutan untuk
orang yang mengharapkan berkah di hari Kamis dengan istilah “Ngemis” dan
“Pengemis”. Sedangkan dalam Perpu no. 30 tahun 1980 pengemis diartikan
sebagai “orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta
di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas
kasihan orang lain.”
Pengemis juga memiliki kelompok-kelompok yang membedakan motif-motif
pengemis satu sama lain. Kelompok pengemis ini antara lain, mengemis
karena tidak mampu bekerja karena cacat tubuh, mengemis karena malas
bekerja, pengemis murni yang seluruh penghidupannya dihasilkan dari
mengemis, pengemis tidak murni yang sebagian penghasilannya didapat dari
mengemis, pengemis berpengalaman yang lahir dari tradisi dan kebiasaan,
pengemis kontemporer kontinyu tertutup yang hidup tanpa alternatif
pekerjaan lain, pengemis kontemporer kontinyu terbuka yang hidup dengan
peluang tapi tidak bisa memanfaatkannya, pengemis kontemporer temporer
yang hanya sementara mengemis dan bergantung pada kondisi musiman, dan
pengemis berencana yang menjadikan mengemis sebagai batu loncatan
mendapat pekerjaan lain, serta pengemis yang diorganisir oleh oknum
tertentu.
Ciri-ciri dari kelompok pengemis diatas yang dapat diketahui
diantaranya seperti, pakaian yang dikenakan compang camping, kondisi
tubuh yang cacat, ada yang memang benar-benar cacat tapi juga ada yang
tidak, biasa mengemis di pinggir jalan raya, trotoar, jembatan,
perempatan lampu merah, kawasan pusat perbelanjaan dan pasar
tradisional. Selain itu pengemis musiman, akan banyak berdatangan di
waktu-waktu tertentu seperti pada waktu bulan Ramadhan dan menjelang
hari raya.
Pengemis-pengemis tersebut mengemis bukan karena miskin secara
ekonomi, tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor itu diantaranya adalah pertama, karena yang
bersangkutan tidak berdaya sama sekali untuk melakukan pekerjaan lain
disebabkan cacat fisik, tidak berpendidikan, tidak punya rumah tetap
atau gelandangan. Kedua, kehilangan rasa malu dan beban moril di depan masyarakat karena sudah merasa enak dan memiliki penghasilan besar dari mengemis. Ketiga, waktu
dimana orang-orang banyak mengeluarkan sedekah seperti di bulan
Ramadhan, menjelang hari raya Idul Fitri, dan tahun baru, menjadikan
mereka merasa memiliki kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan. Keempat, mengemis karena miskin mental dan malas bekerja. Kelima, pengemis
yang terkoordinasi dalam suatu sindikat. Dengan dikoordinasi oleh
seseorang yang dianggap bos penolong, setiap pengemis “anggota” setia
menyetor hasil mengemisnya kepada sindikat, baik secara harian, mingguan
atau bulanan.
Adanya pengemis-pengemis ini juga akan memberikan dampak bagi
lingkungan kita dan secara keseluruhan akan mempengaruhi laju
pembangunan bangsa. Dampak yang timbul seperti mengganggu keindahan
lingkungan hidup, menimbulkan gambaran buruk bagi bangsa, gangguan
keamanan dan ketertiban, mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar,
mewariskan kehidupan malas dan bodoh, berkembang menjadi tuna susila,
dan hilangnya percaya diri.
Menghadapi kenyataan seperti tersebut diatas dibutuhkan solusi yang
dapat menyentuh semua kelompok pengemis. Pemerintah, lembaga keuangan
dan pemberdayaan masyarakat, orang-orang kaya, lembaga dakwah dan da’i,
seharusnya juga ikut andil dalam menanggulangi kemiskinan dan pengemis
ini. Untuk bersama-sama menjalin kerjasama dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat terutama pengemis.
Sistem pembinaan secara panti dapat digunakan untuk memberikan
keterampilan baru dan mudah dikuasai bagi pengemis yang cacat fisik dan
tidak berpendidikan tinggi, memberikan tempat tinggal bagi pengemis
gelandangan, memberikan penyadaran melalui pembinaan mental, budaya dan
agama bagi pengemis yang kehilangan rasa malu dan malas bekerja. Sistem
ini juga dapat diterapkan di daerah asal pengemis untuk menguatkan
perekonomian masyarakat sekitar dan kehidupan keluarga pengemis agar
tidak lagi melakukan kegiatan meminta-minta. Sedang bos sindikat
pengemis dapat ditanggulangi dengan menegakkan aturan dan sanksi berat
terhadap sindikasi pengemisan.
SUMBER :
http://blog.umy.ac.id/sakinah/2012/06/08/multifaktor-penyebab-mengemis/
https://id.wikipedia.org/wiki/Mengemis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar