Selasa, 01 Desember 2015

Pengertian pengemis dan Faktor-faktor penyebab terjadinya mengemis

Nama : Putri Nurlaelasari
Npm   :17213031
Kelas  :3EA26

 Tulisan 6 Pengemis

- Pengertian
Pengemis adalah hal yang dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya dari orang yang mereka temui dengan meminta. Umumnya di kota besar sering terlihat pengemis meminta uang, makanan atau benda lainnya. Pengemis sering meminta dengan menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini".

Faktor-faktor penyebab terjadinya mengemis
Salah satu masalah sosial yang belum juga teratasi di negeri ini adalah kemiskinan, baik secara struktural atau pun kultural. Kemiskinan struktural yang timbul karena adanya hegemoni dan kebijakan negara serta pemerintah atau orang-orang yang berkuasa, dan pembangunan yang tidak merata. Dan kemiskinan kultural yang tercermin dalam perilaku hidup boros, ketidakcakapan bekerja, tingkat tabungan rendah, dan adanya sikap pasrah terhadap lingkungan kemiskinan.
Kemiskinan sudah menjadi problem sosial yang tak asing lagi di negeri ini. Namun keberadaan pengemis bukan semata-mata karena kemiskinan. Pengemis yang memiliki asal kata “kemis”, ternyata bermula sejak zaman penguasa Surakarta Paku Buwono X yang gemar membagi-bagikan uang pada rakyatnya yang papa setiap hari kamis sore (dalam bahasa jawa kemis).
Kebiasaan Paku Buwono X tersebut ternyata melahirkan sebutan untuk orang yang mengharapkan berkah di hari Kamis dengan istilah “Ngemis” dan “Pengemis”. Sedangkan dalam Perpu no. 30 tahun 1980 pengemis diartikan sebagai “orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.”

Pengemis juga memiliki kelompok-kelompok yang membedakan motif-motif pengemis satu sama lain.  Kelompok pengemis ini antara lain, mengemis karena tidak mampu bekerja karena cacat tubuh, mengemis karena malas bekerja, pengemis murni yang seluruh penghidupannya dihasilkan dari mengemis, pengemis tidak murni yang sebagian penghasilannya didapat dari mengemis, pengemis berpengalaman yang lahir dari tradisi dan kebiasaan, pengemis kontemporer kontinyu tertutup yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, pengemis kontemporer kontinyu terbuka yang hidup dengan peluang tapi tidak bisa memanfaatkannya, pengemis kontemporer temporer yang hanya sementara mengemis dan bergantung pada kondisi musiman, dan pengemis berencana yang menjadikan mengemis sebagai batu loncatan mendapat pekerjaan lain, serta pengemis yang diorganisir oleh oknum tertentu.

Ciri-ciri dari kelompok pengemis diatas yang dapat diketahui diantaranya seperti, pakaian yang dikenakan compang camping, kondisi tubuh yang cacat, ada yang memang benar-benar cacat tapi juga ada yang tidak, biasa mengemis di pinggir jalan raya, trotoar, jembatan, perempatan lampu merah, kawasan pusat perbelanjaan dan pasar tradisional. Selain itu pengemis musiman, akan banyak berdatangan di waktu-waktu tertentu seperti pada waktu bulan Ramadhan dan menjelang hari raya.
Pengemis-pengemis tersebut mengemis bukan karena miskin secara ekonomi, tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itu diantaranya adalah pertama, karena yang bersangkutan tidak berdaya sama sekali untuk melakukan pekerjaan lain disebabkan cacat fisik, tidak berpendidikan, tidak punya rumah tetap atau gelandangan. Kedua, kehilangan rasa malu dan beban moril di depan masyarakat karena sudah merasa enak dan memiliki penghasilan besar dari mengemis. Ketiga, waktu dimana orang-orang banyak mengeluarkan sedekah seperti di bulan Ramadhan, menjelang hari raya Idul Fitri, dan tahun baru, menjadikan mereka merasa memiliki kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan. Keempat, mengemis karena miskin mental dan malas bekerja. Kelima, pengemis yang terkoordinasi dalam suatu sindikat. Dengan dikoordinasi oleh seseorang yang dianggap bos penolong, setiap pengemis “anggota” setia menyetor hasil mengemisnya kepada sindikat, baik secara harian, mingguan atau bulanan.

Adanya pengemis-pengemis ini juga akan memberikan dampak bagi lingkungan kita dan secara keseluruhan akan mempengaruhi laju pembangunan bangsa. Dampak yang timbul seperti mengganggu keindahan lingkungan hidup, menimbulkan gambaran buruk bagi bangsa, gangguan keamanan dan ketertiban, mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar, mewariskan kehidupan malas dan bodoh, berkembang menjadi tuna susila, dan hilangnya percaya diri.
Menghadapi kenyataan seperti tersebut diatas dibutuhkan solusi yang dapat menyentuh semua kelompok pengemis. Pemerintah, lembaga keuangan dan pemberdayaan masyarakat, orang-orang kaya, lembaga dakwah dan da’i, seharusnya juga ikut andil dalam menanggulangi kemiskinan dan pengemis ini. Untuk bersama-sama menjalin kerjasama dalam memberdayakan ekonomi masyarakat terutama pengemis.

Sistem pembinaan secara panti dapat digunakan untuk memberikan keterampilan baru dan mudah dikuasai bagi pengemis yang cacat fisik dan tidak berpendidikan tinggi, memberikan tempat tinggal bagi pengemis gelandangan, memberikan penyadaran melalui pembinaan mental, budaya dan agama bagi pengemis yang kehilangan rasa malu dan malas bekerja. Sistem ini juga dapat diterapkan di daerah asal pengemis untuk menguatkan perekonomian masyarakat sekitar dan kehidupan keluarga pengemis agar tidak lagi melakukan kegiatan meminta-minta. Sedang bos sindikat pengemis dapat ditanggulangi dengan menegakkan aturan dan sanksi berat terhadap sindikasi pengemisan.

SUMBER :
http://blog.umy.ac.id/sakinah/2012/06/08/multifaktor-penyebab-mengemis/
https://id.wikipedia.org/wiki/Mengemis 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar