1.
Konsep “sosiologi”
Secara
etimologis, istilah “sosiologi” terdiri dari socius (dari bahasa latin, artinya teman) dan logos (dari bahasa Yunani, artinya kata sabda, ilmu). Tetapi merumuskan secara jelas
pengertian sosiologi bukanlah pekerjaan yang mudah. Karena, ilmu ini mempunyai
berbagai aliran atau segi pandangan. Misalnya ada Verstehende soziologie yang
bertujuan untuk mengerti realitas sosial, ada sosiologi positivistis yang
mengkaji hubungan kausal menurut contoh dan metode ilmu alam, fungsionalisme
yang memandang masyarakat sebagai kesatuan dimana lembaga-lembaganya merupakan
bagian-bagian yang saling bergantung. Ada Sosiologi konflik yang memandang
masyarakat pada dasarnya terbagi dalam kelompok-kelompok kepentingan. Sosiologi
kritis misalnya mazhab Frankfurt, yang mengutamakan nilai-nilai sosial budaya
dalam mengkritik masyarakat lama dan membangun masyarakat baru yang lebih
manusiawi dll. Maka tidak mengherankan bila istilah yang sama itu sosiologi
bisa digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda.
Istilah
“sosiologi” pertama kali digunakan pada tahun 1839 oleh Auguste Comte. Sebelumnya Auguste
Comte menggunakan istilah “fisika sosial” untuk maksud yang sama. Namun,
karena istilah “fisika sosial” itu sudah digunakan oleh Quetelet, ahli matetamtika dari belgia, untuk menunjuk studi
statistika tentang gejala moral (1836), maka Comte kemudian menggantinya dengan istilah “sosiologi”. Secara
sederhana sosiologi berarti ilmu tentang masyarakat secara umum dapat dikatakan
bahwa sosiologi mempelajari secara sistematik kehidupan bersama manusia sejauh
kehidupan itu dapat ditinjau dan diamati dengan memakai metode empiris. Namun
didalam praktek, sosiologi berarti studi mengenai masyarakat dipandang dari
suatu segi tertentu. Seperti ditandaskan oleh Comte dan Herbert spencer (1820-1903), masyarakat
merupakan unit dasar dari analisis sosiologis.
2. Ciri-Ciri dan Hakikat
Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur
ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.
·
Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan)
dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
·
Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari
hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan
kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan
hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
·
Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang
sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang
lama.
·
Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak
mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk
menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
·
Sosiologi adalah ilmu
sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti (eksakta) karena yang
dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
·
Sosiologi termasuk
disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi
membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.
·
Sosiologi termasuk ilmu
pengetahuan murni (pure science) dan dalam perkembangannya sosiologi menjadi
ilmu pengetahuan terapan (applied science).
·
Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi
perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh,
bukan hanya peristiwa itu sendiri.
·
Sosiologi bertujuan
menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan
hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan
struktur masyarakat manusia.
·
Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang
digunakan.
·
Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada
interaksi antara manusia.
Kegunaan Sosiologi
Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
·
Untuk pembangunan
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang
diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan
·
Untuk penelitian
Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh
perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosialdengan baik
3. Objek Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala
dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu
sendiri.
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai
makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah
hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia
di dalam masyarakat.
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan
satu dengan yang lain.
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam
hubungan sosial masyarakat, dan banyak juga hal-hal ataupun dampak yang
memengaruhi hubungan manusia
4. Perkembangan
sosiologi dari abad ke abad
Perkembangan
pada abad pencerahan
Banyak
ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk
begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan
dan kemunduran.
Pendapat itu
kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad
pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi
menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan
pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya
ilmu pengetahuan di abad
pencerahan (sekitar abad ke-17
M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai
tampak pada abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan
mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Pengaruh
perubahan yang terjadi pada abad pencerahan
Perubahan-perubahan
besar di abad pencerahan, terus
berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur
masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini
terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi
Amerika, revulusi industri, dan revolusi Prancis. Gejolak-gejolak yang
diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para
ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan
dalam masyarakat.
Gejolak
abad revolusi
Perubahan
yang terjadi akibat revolusi benar-benar
mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun
rusak.Bangsawan dan kaum Rohanian yang semula bergemilang harta dan
kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan
undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang
jatuh dan terpecah.
Revolusi
Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad
revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah
menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban
berupa oerang kemiskinan ,
pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan
masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan
drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya
penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
·
Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima
begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
·
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat
bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat
serta masuk akal.
·
Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali,
penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan
masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang
parah dapat dicegah.
Kelahiran
sosiologi modern
Sosiologi
modern tumbuh pesat di benua Amerika,
tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene
merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).
Pada
permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika utara. Gejala itu berakibat
pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya
kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan
lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak
terelakkan.
Perubahan
masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai
pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya
menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu.
Maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan
dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan
empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta
sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat
ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah
disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.
Referensi/sumber
- Rafael
Raga Maran penerbit RINEKA CIPTA buku Pengantar SOSIOLOGI POLITIK